Tuesday 29 April 2014

ibnu al-Haitham (965-1038)


         Banyak yang sependapat jika fisikawan terbesar sepanjang sejarah adalah Isaac Newton. Tapi fisikawan Islam lahir lebih awal pada 965 sebelum masehi, di wilayah yang kini disebut Irak. Isaac Newton tanpa ada yang berani membantah adalah bapak ilmu optis modern. Semua pelajaran serta buku wajib berdasarkan penelitiannya mengenai lensa dan prisma. Dialah yang melakukan penelitian mengenai cahaya

dan pemantulan, serta pembiasan cahaya menjadi warna pelangi.
Sebuah laporan BBC menyebutkan dalam hal ilmu optis, Newton mempelajari dari ilmuwan yang hidup 700 tahun sebelumnya. Ilmuwan itu lahir pada 965 sebelum masehi di wilayah yang kini disebut Irak bernama al-Hassan Ibn al-Haytham.
Ibn-al Haytham merupakan yang melakukan investigasi awal mengenai cahaya. Oleh karena itu Ibn al-Haytham bisa disebut sebagai bapak metode ilmu modern. Sebagai diketahui, pendekatan dalam meneliti sebuah fenomena untuk mendapatkan ilmu baru atau memperbaiki yang sudah ada, adalah melalui pengumpulan data observasi dan pengukuran. Kemudian dilakukan formulasi dan mengujicoba hipotesis untuk menjelaskan data.
Tapi banyak yang mengklaim metode ilmu modern belum terbentuk hingga awal 17 oleh ilmuwan Prancis Bacon dan Rene Descartes. Tapi metode ilmiah yang digunakan oleh Ibn al-Haytham bisa disebut yang pertama. Karena menekankan pada data eksperimen dan hasil yang didapat, menyebabkan Ibn al-Haytham sering disebut sebagai ilmuwan sejati pertama. Dia juga yang memberikan definisi paling benar bagaimana manusia bisa melihat sebuah obyek.
Ibn al-Haytham sungguh luar biasa. Dia secara eksperimen berhasil membuktikan, misalnya saja mengenai teori emisi. Teori ini menyebut cahaya ke mata kita tergatung obyek yang kita lihat. Padahal pemikir besar semacam Plato, Euclid dan Ptolemy salah dalam menelurkan ide modern bagaimana kita melihat suatu benda.
Apa yang Ibn al-Haytham lakukan dan ilmuwan lain tidak adalah penggunaan matematika untuk menjelaskan dan membuktikan proses itu. Ibn al-Haytham juga yang melakukan penelitian pertama mengenai pembiasan cahaya menjadi warna aslinya. Selain penelitian mengenai bayangan, pelangi dan cakrawala. Dengan mengamati bagaimana sinar matahari melalui atmosfer, dia dapat memperkirakan tinggi atmosfer sekitar 100 km.
Sama seperti ilmuwan modern lain, Ibn-al Haytham memerlukan waktu menyendiri untuk fokus menulis pemikirannya termasuk karya besarnya di bidang optis.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.
 Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan selama ini menyebut tidak ada ilmuwan besar diantara masa Romawi kuno hingga masa Renaissance di Eropa. Nama Al Hasan muncul bersamaan dengan mulai  perkembangan ilmu pengetahuan alamiah baru seperti kimia, matematika dan astronomi secara besar-besaran di dunia arab. Pada sekitar tahun 1000 masehi mulai mengarang buku tentang optik yang selesai dalam 7 buku. Buku tersebut menguraikan secara jelas mengenai sistimoptik, lensa mata juga membahas hukum-hukum mengnai kaca cembung dan cekung, kaca yangberbentuk bulat serta menjelaskan masalah refraksi lebih mendalam. Dikatakannya pula bahwa makin banyak cahaya yang datang pada suatu titik, makin panas titik tersebut. Sinar yang datang pada cermin bulat, sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan lewat titik pusat. Ditambahkannya pula bahwa ssinar datang dan sinar pantul berada pada suatu bidang datar.
Al Hasan mendukung pendapat Democritus dan Aristoteles yang menyatakan bahwa cahaya berasal dari benda itu sendiri, kemudian mengenai mata kita sehingga timbul kean melihat. Ditambahkan bahwa diameter matahari itu berubah-ubah, kadang-kadang membesar dan kadang-kadang mengecil.
Al Hasan pernah dipanggil oleh salah seorang Khalifah, karena ia diketahui sebagai slah seorang yang pintar untuk dibawa ke Mesir. Dimesr ia diminta untuk memikirkan sistem irigasi sungai Nil. Tetapi karena membuat beberapa kesalahan ia tidak disenangi Khalifah.
Al Hasan belajar dari orang-orang yunanai, tetapi dari apa yang dipelajari ia benayak mengubah dengan pendapatnya sendiri. Banyak problema-problema di dalam optika diajukannya, mislanya:”diamnakah letak titik-titik pusat pengelihatan itu”, problema ini ternyata membuat Al Hasan terkenal di eropa. Disamping problema yang diajukannnya tersebut, Al Hasan merupakan orang pertama yang mengajukan gambaran  secara mendalam mengenai mata manusia. Nama-nam dari bagian mata seperti retina, cornea, iris dan lainnya berasal dari terjemahan Al Hasan dari bahasa arab.

No comments:

Post a Comment