Monday 28 April 2014

Demokritus (460-370 SM)

         Demokritos ia lahir di Abdera di pesisir Thrake, Yunani Utara. Ia berasal dari keluarga kaya raya. Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut. Pada waktu ia masih muda, ia menggunakan warisannya untuk pergi ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Selain menjadi murid Leukippos, Ia juga
belajar kepada Anaxagoras dan Philolaos. Hanya sedikit yang dapat diketahui dari riwayat hidup Demokritos. Banyak data tentang kehidupannya telah tercampur dengan legenda-legenda yang kebenarannya sulit dipercaya.
      Meskipun ia hidup sezaman dengan Sokrates, bahkan usianya lebih muda, namun Demokritos tetap digolongkan sebagai filsuf pra-sokratik. Hal ini dikarenakan ia melanjutkan
dan mengembangkan ajaran atomisme dari Leukippos yang merupakan filsuf pra-sokratik. Ajaran Leukippos dan Demokritos bahkan hampir tidak dapat dipisahkan.  Selain itu, filsafat Demokritos tidak dikenal di Athena untuk waktu yang cukup lama. Misalnya saja, Plato tidak mengetahui apa-apa tentang Atomisme.  Baru Aristoteles yang kemudian menaruh perhatian besar terhadap pandangan atomisme.
      Ia mengemukakan bahwa alam semesta ini terdiri dari ruang hampa dan partikel-partikel yang tak dapat dilihat dengan mata, tak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil dan jumlahnya tak terbatas. Partikel-partikel tersebut pada dasarnya sama, bila ada perbedaan maka perbedaan tersebut hanyalah dalam bentuk, kedudukan maupun susunan saja. Selanjutnya mengenai partikel-partikel yang tak dapat dibagi-bagi ini dinamakan atom. Atom berasal dari kata ‘atomos” yang berati a=tidak. Tomos=bagi-bagi. Jadi atom berarti tidak dapat dibago-bagi. Diantara atom-atom tersebut terdapat ruang hampa yang diberikan kemungkinan kepada atom-atom untuk bergerakan dan melalui gerakan itulah atom membentuk semua benda.
      Melalui konsep atom, Demokritos berpendapat bahwa alam semesta dan manusia juga tercipta dari atom-atom yang saling berkait. Pada mulanya atom-atom yang bergerak ke segala arah pada ruang kosong saling bertabrakan dan mengait. Kemudian atom-atom yang saling bergerak ini membentuk suatu gerakan berputar seperti angin puting beliung dan mulai menarik atom-atom. Atom-atom besar tertarik ke bagian pusat putaran dan berkumpul, sedangkan atom-atom halus terlempar ke pinggir. Akhirnya terciptalah alam semesta melalui proses ini.  
Mengenai pola dan arah gerakan atom Demokritos berpendapat bahwa pola dan arah gerakan atom ke segala arah tidak melulu ke atas atau ke bawah. Diibaratkan sama seperti debu yang bergerak ke segala arah di bawah sinar matahari walaupun tidak ada angin. Selama bergerak dalam ruang kosong atom saling bertabrakan dengan atom-atom lain dan karena memiliki bentuk yang tidak teratur, atom-atom ini saling mengait dan mengunci, mengelompok dan berkombinasi membentuk segala benda yang dapat diindrai. Bagaimana ini bisa diindrai? Jawabannya adalah karena setiap benda yang dibentuk dari atom-atom mengeluarkan gambar-gambar kecil (eidola). Gambar-gambar ini diterima oleh pancaindra dan kemudian dipertemukan dengan jiwa yang juga tercipta oleh atom-atom. Bertemunya atom-atom gambar dan atom-atom jiwa inilah maka kita bisa melihat, membaui, mendengar dan merasakan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan adalah hasil dari pengelompokan atom-atom sedangkan pembusukan adalah proses terurainya atom-atom.
      Pendapat Demokritus tersebut ditentang oleh Aristoteles dengan argumentasinya sebagai berikut” if then, some one of the things which are is constantly disappearing, why has not the whole of that is been  used up long ago and vanished away?”, yang kurang lebih artinya:” bila pendapat demokritus itu benar, maka benda yang telah lama dan tak berguna lagi tidak perlu dihancurkan sebab tidak kelihatan, yang berarti tidak menimbulkan kesalahan”.
          Akibat tantangan ini, teori atom menjadi tidak dapat berkembang selama lebih dari 2.000 tahun, meskipun sebenarnya apa yang dikemukakan Aristoteles itu berbeda jauh dengan apa yang dimaksud oleh Demokritus. Namun karena pada waktu itu pengaruh Aristoteles demikian besar, maka pendapat Demokritus yang kemudian ternyata lebih berdasar itu diabaikan begitu saja.

No comments:

Post a Comment