Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Bertanya
Oleh Shrie Laksmi - SMPN 19 Bandung
Monday, 10 September 2007Penelitian ini bertujuan untuk mengubah interaksi antara guru dengan siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru, dalam upaya menumbuhkan kebera-
nian siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan,
keaktifan siswa dalam belajar, hasil belajar dan kendala yang dihadapi oleh
guru pada saat berlangsung proses pembelajaran.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkanmodel latihan inkuiri yang dilaksanakan selama dua siklus dan setiap siklus
terdiri dari dua tindakan.
Dalam setiap tindakan terdiri dari lima fase yaitu menyajikan masalah, pengum-pulan data, eksperimentasi, perumusan penjelasan dan analisis inkuiri. Lokasi
penelitian dilakukan di SMPN 19 Negeri Bandung, subyek penelitian guru fisika
kelas III dan siswa kelas III yang berjumlah 44 orang yang melibatkan seorang
guru fisika dari sekolah tersebut yang bertugas sebagai pengamat. Hasil peneli-
tian menunjukkan telah tumbuh keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan mengemukakan gagasan selama dua siklus dengan hasil pada siklus ke-1
42% dan pada siklus ke-2 meningkat menjadi 55%. Kendala utama yang diha-
dapi guru adalah siswa masih menemui kesulitan untuk menemukan sendiri kon-
sep yang sedang dibelajarkan sehingga peran guru yang seharusnya hanya seba-
gai fasilitator belum tercapai sepenuhnya karena masih harus membantu siswa
dalam proses penemuan konsep.
PENDAHULUAN
Selama lebih kurang lima tahun sejak tahun 1957, Suchman (Rowe, 1978: 326)sudah mempelajari sikap inkuiri pada siswa sekolah dasar dan menyatakan
bahwa siswa tidak terbiasa mendapat latihan mengajukan pertanyaan, jika
mengajukan pertanyaan biasanya cenderung kurang berindikasi untuk menyeli-
diki. Selama ini pertanyaan siswa tidak saling berkaitan dan siswa sangat jarang
dapat mengemukakan gagasannya (Rowe, 1978: 327). Padahal menurut Dahar
(1978: 95), dalam proses belajar mengajar pada umumnya pertanyaan mempu-
nyai peranan yang sangat penting. Menurut Rustaman (2002: 7) pertanyaan dalam
pembelajaran IPA akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mulyasa (2002:240), bahwa tanya jawab yang berlangsung
selama pembelajaran didorong oleh inkuiri (ingin tahu) para siswa. Di lain pihak
menurut Rustaman (2002:7) bahwa sekalipun guruguru mengakui bahwa mendo-
rong siswa untuk bertanya merupakan sesuatu yang berharga bagi proses belajar
siswa, tetapi banyak guru yang berpendapat bahwa hal itu hanya akan menimbul-
kan masalah bagi guru sehingga budaya bertanya jarang diciptakan dan dikem-
bangkan di kelas.
Model latihan inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan olehJ.Richard Suchman sejak tahun 1962 (Joyce et al, 1992: 200). Penerapan model
latihan inkuiri ini bertujuan untuk menumbuhkan keberanian siswa mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan gagasan kepada orang lain. Untuk menumbuh-
kan sikap berani tentunya akan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya
adalah pengalaman hidupnya, pengetahuan serta kesannya terhadap obyek sikap
seperti yang dikemukakan oleh Bolla (Siswoyo, 2000) bahwa latar belakang
budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan padahal
pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan gaga-
sannya. Gagasan-gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar
mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar
kreatif. Hal ini tentunya kembali kepada seberapa besar kreativitas guru untuk
dapat menggabungkan kepentingan target kurikulum dan sekaligus mengem-
bangkan sikap dan kreativtas siswa sehingga berani bertanya dan mengemu-
kakan gagasannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suchman (Rowe,1978:363)
bahwa pembelajaran siswa terletak pada asumsi bahwa belajar akan berlanjut
pada tingkat yang lebih tinggi dan suatu kompleksitas jika siswa selalu bertanya.
Penerapan model latihan inkuiri ini memungkinkan siswa untuk memikirkan
sebanyak mungkin pertanyaan dan tentunya akan menunjang rasa ingin tahu
siswa. Dalam �Inquiry Techniques for Teaching Science�, yang ditulis oleh
William D. Romey (1968: 257) memaparkan bahwa menurut Arthur Costa ada
tiga teori metode inkuiri yang masing-masing didefinisikan oleh J. Richard
Suchman, Ben Strasser dan Alphoretta Fish. Dari ketiga teori tersebut, dipilih
model latihan inkuiri yang dikembangkan oleh J.Richard Suchman. Menurut
Richard Suchman, inkuiri dirancang agar siswa dapat langsung mengontrol
sendiri pembelajarannya. Guru hanya menyediakan kondisi yang seperti
biasanya, mengatur prosesnya, mengatur kegiatan belajar mengajar dan
membantu siswa dalam mengevaluasi kemajuannya. Jadi guru hanya sebagai
fasilitator dan siswa bertindak sebagai �programer�.
Latihan Inkuiri dikembangkan oleh J.Richard Suchman untuk membelajarkansiswa tentang suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan fenomena
yang tidak biasa. (Joyce et al, 1992: 199). Model ini dirancang untuk melatih
siswa dalam suatu penelitian ilmiah sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
dan mengembangkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, menumbuh kembangkan
kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, kemampuan meneliti, kemam-
puan berargumentasi dan kemampuan mengembangkan teori. Prinsip penting
pada model latihan inkuiri (Joyce et al: 1992) adalah memastikan agar perta-
nyaan yang diajukan oleh siswa dapat dijawab dengan ya atau tidak oleh guru
dan sama sekali tidak meminta guru untuk melakukan penyelidikan. Menurut
Suchman (Rowe, 1978:363) tujuan mengharuskan siswa mengajukan pertanya-
an yang hanya akan dijawab oleh guru dengan ya atau tidak adalah untuk mem
belajarkan siswa tentang bagaimana cara (1) mengajukan pertanyaan yang
terarah dan tidak kabur, (2) menyusun informasi untuk mendukung kesimpulan
(sementara), (3) menganalisis suatu situasi dalam menyelesaikan hubungan
antar variabel.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakankelas. Subjek penelitian adalah 44 orang siswa kelas IIID SMP Negeri 19 Bandung.
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadaptasi
dari Hopkins (1993: 48). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu
perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi dan refleksi. Selanjutnya empat
kegiatan itu berlangsung terus namun ada modifikasi pada tahap perencanaan
yaitu perbaikan perencanaan.
Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara tes tertulis, lembarkerja siswa, lembar observasi, angket dan tape recorder. Indikator keberhasilan
yang sesuai dengan tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas ini ditentukan
berdasarkan persentase dan kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal.
HASIL
Hasil penelitian menunjukan bahwa keberanian bertanya dan mengemukakangagasan dari siklus 1 sampai 2 meningkat sebesar 13 %. Secara keseluruhan
pada siklus kedua ini keberanian bertanya siswa rata-rata adalah 55 %, dengan
perincian 23 % siswa perempuan dan siswa laki-laki sebesar 32 %. Secara
keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2 penelitian tindakan kelas pada konsep
rangkaian listrrik ini telah berhasil menumbuhkan keberanian mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan gagasan dari 42 % menjadi 55 %. Aktivitas
siswa pada pembelajaran konsep rangkaian listrik melalui kegiatan yang sudah
dirancang oleh guru pada setiap fase-fase dalam model latihan inkuiri mengalami
peningkatan dari siklus pertama 71.50 % naik menjadi 87.50 %. Jadi selama
dua siklus rata-rata aktivitas siswa adalah 80 % dan ini sudah termasuk dalam
kategori aktivitas sangat tinggi.
Ketuntasan hasil belajar menunjukan bahwa pada pembelajaran konsep kuatarus dalam siklus pertama belum tuntas, baik secara perorangan maupun
secara klasikal. Ketuntasan perorangan hanya mencapai 27 % sedangakan
ketuntasan secara klasikal baru mencapai 35 %. Kemudian pada pembelajaran
konsep beda potensial di siklus kedua terjadi perubahan sebab ketuntasan
belajar perorangan 43 % dan ketuntasan secara klasikalnya 61 %. Berarti
selama diterapkannya model latihan inkuiri selama dua siklus belum mencapai
ketuntasan belajar baik secara perorangan maupun secara klasikal, sebab
belum mencapai penguasaan materi diatas 65 % (standar Depdiknas). Dari
analisis jawaban tes siswa selama dua siklus menunjukan bahwa ketuntasan
belajar secara perorangan maupun secara klasikal tidak dapat dicapai oleh
siswa karena mereka tidak terbiasa menjawab soal tes pilihan ganda yang
harus disertai alasannya. Hal ini terlihat banyak siswa yang pilihan gandanya
benar namun alasannya salah.
Berdasarkan angket respon siswa yang disebarkan kepada siswa setelahselesai pelaksanaan pembelajaran siklus 2, dapat dinyatakan bahwa pada
umumnya siswa bersikap positif terhadap model latihan inkuiri. Kendala yang
dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran konsep rangkaian
listrik adalah siswa sangat sulit untuk di motivasi agar menemukan sendiri
konsep yang sedang dibelajarkan, karena para siswa tidak pernah mencoba
mengaitkan antara pertanyaan dan gagasan mereka sendiri dengan pertanyaan
dan gagasan siswa lain, mengalokasikan waktu untuk tiap fase pada rencana
pembelajaran dengan model latihan inkuiri kurang tepat, kerusakan alat-alat
praktikum fisika pada saat siswa sedang melaksanakan eksperimen berpe
ngaruh pada alokasi waktu yang telah disediakan untuk fase-fase yang lain.
KESIMPULAN
Guru telah mampu mengupayakan penumbuhan keberanian siswa untukmengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan pada siswa kelas III d
SMP Negeri 19 Bandung. Keaktifan siswa pada pelaksanaan model latihan
inkuiri termasuk dalam kategori tinggi. Penerapan model latihan inkuiri pada
pembelajaran konsep rangkaian listrik selama dua siklus dapat mengubah
penguasaan konsep siswa baik secara perorangan maupun secara klasikal,
walaupun belum dapat mencapai ketuntasan belajar standar Depdiknas.
Kendala yang paling utama dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan
pembelajaran adalah sulit memotivasi siswa agar dapat membangun dan
menenukan sendiri teori dan konsep listrik yang sedang di belajarkan. Sikap
siswa terhadap pembelajaran konsep rangkaian listrik dengan menerapkan
model latihan inkuiri cukup positif (menerima).
Monday 17 March 2008
PENERAPAN PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEBERANIAN BERTANYA SISWA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment